Pria Indonesia di Mata Wanita Jepang
- Pada kesempatan ini SAYA Memposting Masalah Jepang. Artikel ini diambil dari beberapa sumber Web yang saya kunjungi, berhubungan dengan Indonesia dan Jepang ^_^ yap tepatnya wanita di Jepang. Selamat Membaca !!
Ini hanya observasi pribadi dari pengalaman tinggal di Sapporo, kota dingin di utara Jepang, yang terkenal dengan Snow Festivalnya. Walaupun Sapporo menempati urutan kota terluas ketiga di Jepang, kota ini cukup jauh dari hiruk-pikuk metropolitan.
Bersepeda sedikit saja keluar pusat kota, akan terasa keheningan
pedesaan walau masih dipenuhi oleh apartemen2 khas Jepang yang
didominasi bangunan kayu. Seorang teman Jepang pernah mengatakan bahwa
di Sapporo jam berdetak lebih lambat dibandingkan Tokyo. Maksudnya,
walau dengan etos kerja yang sama, orang Sapporo terlihat lebih santai
dibandingkan dengan sesamanya di Tokyo. Namun demikian, tipikal orang
Jepang yang ‘gila kerja’ juga terlihat dalam kehidupan keseharian di
Sapporo.
Sabtu di Jepang adalah hari libur (dari kerja), tetapi kita akan
tetap menemui banyak pria berjas hilir mudik di Sapporo Station (station
utama dan yang terletak di pusat kota). Jas adalah seragam orang
kantoran. Artinya, walaupun libur, masih banyak orang Jepang, khususnya
pria, yang lembur kerja. Bahkan pemandangan yang sama bisa kita jumpai
pada hari Minggu. Di Sabtu dan Minggu, khususnya di musim panas, akan
sering terlihat ibu dan anak berjalan-jalan, menikmati keindahan Taman
Odori, Maruyama, atau taman2 lain. Ada yang hanya berjalan-jalan, duduk
santai bahkan bermain dengan anak2. Taman Odori adalah taman kota
sepanjang hampir 1,2 km yang terletak tepat di tengah kota.
Di taman inilah, saat musim dingin, diadakan Snow Festival yang
sangat terkenal itu. Maruyama adalah taman di pusat kota juga, tapi
tidak tepat di jantung kota seperti Odori. Di tengahnya ada danau kecil
tempat orang naik perahu dan di musim panas, taman itu pusatnya barang2
loakan (flea market). Di musim dingin taman itu dijadikan tempat cross country ski
sederhana. Yang menarik adalah jarang sekali terlihat bapak2 yang
menemani anak2nya bermain. Kalau pun ada satu dua, biasanya mereka masih
mengenakan jas yang artinya baru pulang lembur. Pemandangan yang sama
pun akan dijumpai di kereta bawah tanah dan mall. Sangat sedikit
terlihat keluarga utuh, bapak, ibu dan anak berjalan bersama.
Memang berbeda dengan kota-kota besar di Jepang, dimana nilai
keluarga di Sapporo masih cukup tinggi. Menikah, memiliki anak dan hidup
berkeluarga, masih merupakan bagian hidup yang dijalani sebagian besar
penduduk Sapporo. Berbeda dengan apa yang pernah diamati dan diceritakan
di Hiroshima, Kobe, Yokohama,
dan beberapa kota2 besar lainnya. Di sana, sangat jarang melihat
keluarga bermain di taman atau melihat ibu2 mendorong kereta bayi.
Umumnya di taman2 mereka didominasi oleh remaja2 yang bermain dengan
sesamanya.
Walaupun demikian, seperti halnya Jepang secara keseluruhan, pria
lebih dominan dibandingkan dengan wanita. Dalam keluarga, perempuan
bertanggung jawab semuanya, mulai dari mengurus suami dan rumah tangga.
Tugas suami hanyalah bekerja mencari nafkah. Novel2 dan film2 Jepang,
baik seting lama maupun baru pun secara tidak langsung menunjukan hal
tersebut.
Jika satu keluarga akan berpergian, maka sang istrilah yang menyiapkan semuanya. Bahkan, sampai menyiapkan dan memasukan semua barang ke dalam mobil
pun di lakukan oleh istri. Suami tinggal masuk mobil dan menyetir. Yang
sering terlihat di mall atau di taman pun sama. Suami tidak pernah
direpotkan dengan urusan anak. Anak belepotan makanan, baju kotor, ganti
topi, membersihkan muka, dan semua ‘tugas kecil’ dilakukan semuanya
oleh istri.
Tampaknya, bagaimana pria lebih superior dari wanita sudah
terlihat sejak remaja. Lebih dari sekali terlihat, pasangan remaja, jika
berpergian, maka yang membawa tas atau beban lebih banyak adalah yang
wanitanya. Bahkan satu dua kali terlihat jika hanya ada satu sepeda,
maka yang pria yang naik sepeda, sementara yang wanita jalan!
Itulah budaya Jepang dan tampaknya tidak ada masalah dengannya. Ini
terbukti, dengan budaya yang sudah ratusan tahun itu, Jepang tetap
bertahan dan maju sampai seperti sekarang.
Tampaknya pandangan beberapa wanita Jepang tentang budaya itu sedikit
berubah saat mengenal lebih dekat kehidupan warga Indonesia di sana. Di
Sapporo, ada banyak orang2 Jepang, yang umumnya wanita, sering
bergabung dengan acara2 mahasiwa dan keluarga Indonesia (banyak wanita
karena yang pria lebih suka kerja dan mabuk). Mereka tentu mengamati
hal2 sederhana yang ternyata terlihat luar biasa dengan budaya yang
selama ini mereka jalani.
Hal yang aneh untuk mereka melihat suami mencuci piring, atau
suami membawa belanjaan di mall, atau suami yang menutup dan mengunci
pintu saat sekeluarga berpergian, atau suami membantu mengganti baju
anak di taman atau menyuapkan makanan kepada anaknya. Hal yang luar
biasa juga untuk mereka melihat suami memasak dan menyiapkan makanan
untuk istrinya, atau bermain dengan anak sementara istrinya duduk dan
membaca.
Mereka pun merasa heran jika melihat mahasiswanya selalu mengantarkan
dan tidak membiarkan mahasiswi pulang sendirian malam-malam. Jepang
adalah salah satu negara teraman di dunia. Tidak ada kekhawatiran untuk
pulang malam sendirian. Mereka lebih heran lagi jika tahu alasan
mengantar tersebut bukan karena takut ada apa-apa di jalan, tapi karena
menghargai mereka. Mereka juga akan terheran-heran jika ada yang rela
memberikan sepedanya untuk dinaiki sementara yang punyanya berjalan.
Pernah suatu kejadian, kita berjalan berlima, tiga pria (mhs Indonesia)
dan dua wanita Jepang.
Kita semua kebetulan membawa sepeda. Setengah mati kita memaksa
dan juga meyakinkan mereka untuk memakai dua sepeda kita. Suatu hal yang
sulit dengan bahasa yang pas-pasan dan perbedaan budaya bertolak
belakang. Terus terang, saat itu kita menawarkan bukan karena to be
gentle, tapi agar segera sampai ke tempat tujuan. Tapi tetap saja susah
sehingga kita semua berjalan dan agak terlambat sampai. Di kejadian
lain, dalam kasus seperti itu, akhirnya kita tidak lagi menawarkan
sepeda tapi menyuruh dengan tegas, take this bike or we don’t go.
Kebetulan, di dalam acara kumpul2 atau diskusi membahas sesuatu,
hampir semua orang Indonesia, adalah orang2 yang mau mendengar dan
menghargai pendapat orang lain. Di setiap diskusi mereka, orang2 Jepang,
umumnya diam dan manut saja. Mungkin karena masalah bahasa dan juga
merasa posisinya hanya sebagai penggembira dalam kelompok. Tapi kita
tetap dan selalu minta pendapat mereka. Kita jelaskan dulu apa yang
sedang kita bahas dalam bhs Jepang oleh teman yang bisa. Dan kemudian
kita persilahkan mereka bicara dalam bahasa Jepang dan nanti akan
diterjemahkan. Mereka mungkin tidak percaya betapa kita mau repot2
menjelaskan dalam bahasa mereka dan kemudian mendengar pendapat kelompok
penggembira seperti mereka.
Dalam banyak hal, mereka melihat bahwa bangsa Indonesia memiliki
budaya yang lebih baik dibanding dengan budaya mereka, khususnya dalam
hubungan pria dan wanita. Dua dari tiga teman wanita Jepang jika ditanya
apakah suka dengan pria Indonesia, maka mereka menjawab suka dan yang
ketiganya bahkan ingin menikah dengan pria Indonesia. Sebagian besar
teman2 Jepang yang sering bergabung adalah mereka yang berumur minimal
di akhir 20an, dimana melihat lawan jenis sudah tidak dari tampan dan
gagahnya tapi sudah lebih pada karakternya.
Bukti betapa ‘lakunya’ pria Indonesia di Jepang, adalah setidaknya di lingkungan Sapporo saja sudah ditemui sekitar enam keluarga, dimana suaminya adalah orang Indonesia.
Barangkali, kebetulan saja, orang2 Indonesia yang datang ke Jepang
adalah orang2 pilihan. Tapi jika kita kenal lebih jauh dengan teman2
Jepang itu, kita akan tahu bahwa hampir semuanya sudah pernah ke
Indonesia, khususnya Bali. Mereka sudah mengenal dan berinteraksi dengan
pria Indonesia ‘langsung dari sumbernya’. Dan pendapat mereka tidak
berubah bahwa pria Indonesia lebih menghargai wanita di bandingkan pria
Jepang.
Itulah cerita atau artikel Pria Indonesia di Mata Wanita Jepang, sekian dari saya semoga bermanfaat untuk menambah wawasan :)
sumber: http://www.abizmal.co.cc/2010/05/pria-indonesia-di-mata-wanita-jepang.html
Home
»
»Unlabelled
» PRIA INDONESIA DI MATA WANITA JEPANG
Friday, 7 March 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 comments:
Post a Comment
jangan lupa komentar